Minggu, 07 September 2014

Hakekat Penciptaan Wanita

Tentang Wanita.....Hakikat Penciptaan Seorang pria, ketika berbicara tentang seorang wanita pastilah yg terbersit dalam pikirannya adalah sebuah keindahan untuk kemudian, pikirannya akan dipenuhi oleh hal-hal yang bisa jadi bersifat positif ataupun negatif. Tulisan ini tidaklah ingin membahas hal-hal yang bersifat positif ataupun negatiif tersebut, tapi lebih kepada hakikat penciptaan wanita yang sering menjadi perdebatan yang terkadang membawa dalih-dalih agama yang tidak dapat dibenarkan. Sebagian mengatakan bahwa penciptaan tersebut hanya untuk menjadi “sangkar madu” bagi pria dengan nada yang amat melecehkan tapi lebih banyak yang mengatakan bahwa hakikat penciptaan itu pada dasarnya adalah sama. Pada awalnya pria telah diciptakan untuk kemudian Allah Azza wa Jalla menciptakan seorang wanita untuk menjadi pasangan hidupnya.

Hal ini dijelaskan pada QS An Nisa [4]:1, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan [mempergunakan] nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan [peliharalah] hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Di ayat pertama surah bernama an-Nisa’ (wanita) ini, Allah Azza wa Jalla menjelaskan dengan bahasa yang sangat indah bahwa Hawa (adalah nama popular yang digunakan untuk pasangan hidup Adam as walau tidak berdasar kepada riwayat yang shahih) diciptakan dari ‘diri’ pasangannya sendiri yaitu Adam as. Dan dari keduanya lah Allah memperkembangbiakkan manusia dengan jalan reproduksi hingga manusia yang ada pada zaman kini.

Yang dapat kita pahami dari pemakaian kalimat “DAN MENCIPTAKAN DARINYA PASANGANNYA” pada ayat diatas adalah adanya sesuatu bagian tubuh dari Adam as yang menjadi sumber penciptaan bagi Hawa. Adalah sebuah perdebatan hingga kini bagian tubuh mana yang menjadi sumber penciptaan Hawa tersebut.

Satu hal yang dapat kita jadikan pemahaman dari kalimat “DAN MENCIPTAKAN DARINYA PASANGANNYA” bahwa seorang pria tertarik kepada seorang wanita lebih kepada melihat sesuatu bagian yang pernah ‘hilang’ dari dirinya sehingga adanya keinginan untuk memiliki ataupun menjadikannya pasangan hidup. Tapi ketika seorang wanita tertarik kepada seorang pria, maka yang terbersit adalah keinginan untuk mendapatkan perlindungan karena ia merasakan dirinya adalah bagian dari diri pasangannya itu. Dalam hal ini, Allah Azza wa Jalla juga menjelaskannya pada QS Ar Rum [30]:21.: “…agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.”

'Cenderung' adalah sebuah bentuk perasaan seorang pria yang selalu tertuju kepada seorang wanita sebagai pasangan hidupnya agar dapat berbagi dalam segala hal, sedangkan 'rasa tentram' lebih kepada perasaan seorang wanita untuk memperoleh perlindungan dari pasangannya. Dalam hal ini yang perlu kita pahami adalah penggunaan kata ‘ajwaj’ yang diterjemahkan dengan istri-istri adalah kurang tepat karena kata itu lebih mengandung arti kepada ‘pasangan hidup’ (Baca tafsir Al Misbah oleh Dr Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan QS Ar Rum ayat ke 21 diatas)
Dalam beberapa penafsiran dikemukakan bahwa Hawa tercipta dari sebuah tulang rusuk Adam as yang bengkok dan pandangan ini diperkuat pula oleh sebuah hadish Rasulullah Saw yang bersabda, “Nasihatilah istrimu dengan baik, sesungguhnya wanita itu berasal dari tulang yang bengkok. Dan yang paling bengkok adalah bagian yang atas. Apabila kamu paksa untuk meluruskannya ia akan patah. Dan apabila kamu membiarkannya, maka ia akan bengkok selamanya. Nasihatilah ia dengan cara yang baik.” (HR At Tirmidzi)

Bagi ulama-ulama terdahulu, hadish ini lebih dipahami dalam arti harfiah (sebenarnya), namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya dalam arti metafora. Saya sebagai penulis lebih cenderung untuk mengartikannya secara metafora untuk mengingatkan betapa sulitnya posisi seorang suami yang selalu harus mengingatkan istrinya dengan cara yang bijaksana. Penekanan hadish ini terletak pada kedudukan suami yang terus menerus harus mengingatkan dan mengarahkan istrinya untuk menjadikan mereka nafs (diri yang satu) dalam cita, cinta dan falsafah hidup dibawah naungan ridha Allah. Membiarkan sifat-sifat buruk sang istri bagaikan membiarkan tulang yang bengkok akan tetap bengkok dan merubahnya secara radikal diibaratkan bagai tulang yang dipaksa untuk diluruskan dalam waktu yang singkat dan akan mengakibatkan patah.

Dalam hal Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam as. Hal ini tidak berasal dari riwayat yang jelas. Menurut ahli Tafsir Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al Manar, ide awal yang menyatakan hal ini adalah timbul dari apa yang ada dalam kitab perjanjian lama (Kitab Kejadian II: 21-22) yang menyatakan bahwa, “Ketika Adam tidur lelap, maka diambil oleh Allah sebilah tulang rusuknya, lalu ditutupkan-Nya pula tempat itu dengan daging. Maka dari tulang yang telah dikeluarkan dari Adam itu, maka dibuat Tuhan seorang perempuan.” Rasyid Ridha menyimpulkan bahwa “Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam perjanjian lama seperti ini, niscaya pendapat yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak pernah terlintas dalam benak seorang muslim.”

Jadi tidaklah berdasar kepada sesuatu yang dapat menjadi pegangan jika hakikat penciptaan wanita itu adalah tulang rusuk adam ataupun hanya sekedar menjadi sebuah pelengkap bagi seorang pria yang merupakan sangkar madu. Justru Al Quran pada QS An Nisa’ ayat 1 dengan bahasanya yang begitu indah dapat menjelaskan bahwa hakikat penciptaan itu pada dasarnya adalah untuk saling melengkapi. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada-Ku” (QS Adz Dzaariyaat [51]:56)
Wallahu a’lam Bissawab


0 komentar:

Posting Komentar

 
;